Kehebatan para agen Mossad sudah
tak bisa diragukan lagi. berbagai kesuksesan berhasil mereka raih dalam dinas
kerahasiaan mereka. Beberapa nama besar muncul dalam membicarakan tentang
Mossad. Nama yang pasti tidak asing lagi bagi kita adalah Eli Cohen. Ya....Eli
Cohen...salah satu agen Mossad terbaik yang pernah ada.
Eli Cohen bernama samaran Kamil
Amin Taabes. Kamil Amin Taabes nyaris jadi orang nomer dua di Suriah, sebelum
aksinya dibongkar Kolonel Ahmed Souwedani. Taabes adalah Eli Cohen, spion
legendaris sepanjang sejarah Mossad. Kisah ini terangkum dalam buku karya Denis
Eissenberg berjudul "Mossad; Dinas Rahasia Israel".
ELI COHEN – SPION LEGENDARIS MOSSAD
(Bagian V)
Sia-sia| Upaya untuk Menyelamatkan Eli
Cohen
Pada 24 Januari 1965, di hari
sejak Kamil Amin Taabes alias Eli Cohen ditangkap, ia melalui jam-jam yang
sangat berat di lokasi penahanannya di sebuah instalasi militer di luar
Damaskus. Empat minggu lamanya ia ditempatkan di situ.
Siksaan kejam dilakukan
sistematis. Elektroda dipasang di organ kelamin, lubang hidung, dan
bagian-bagian peka lain di tubuhnya. Berulang-ulang ia disetrum listrik. Kuku jemarinya
satu per satu dicabut.
Metode interogasi dan penyiksaan
ini diperoleh interogator Suriah dari para mentornya yang dikepalai jagal
Yahudi di Belgia dan Yugoslavia, Franz Radmacher. Ia seorang perwira Gestapo
Hitler yang lari ke Suriah sesudah Jerman kalah perang.
Buntut penangkapan Taabes, tak
kurang 500 laki dan perempuan dijebloskan ke penjara. Letnan Maazi Zaher
El-Din, George Seif, Sheikh Al Ard dikerangkeng. Ada para sekretaris lembaga
pemerintah, pramuria dan gadis-gadis yang turut serta dalam pesta di apartemen
Taabes.
Seorang wartawan Lebanon diizinkan
bertemu Eli Cohen. "Saya pergi ke Suriah untuk negeri saya, untuk masa
depan bangsa, istri dan anak-anak saya," kata Eli Cohen dikutip sang
wartawan, satu-satunya pihak nonmiliter yang diizinkan bertemu mata-mata itu.
Pengadilan militer digelar dengan
Kolonel Salah Dalli sebagai ketuanya. Kolonel Saleh Hatoum jadi wakilnya. Di
depan pengadilan, Eli Cohen dengan tegas mengaku tidak mengenal Dalli dan
Hatoum. Banyak yang mengira Eli mengaku demikian untuk menawar nyawanya.
Pengacara Jacques Mercier terbang
dari Paris guna mendampingi Eli Cohen, namun ditolak. Tanggal 8 Mei 1965,
pengadilan menjatuhkan hukuman mati kepada Eli Cohen. Ia akan segera mati di
tiang gantungan.
Nadia Cohen terbang ke Paris,
memohon pengampunan lewat Dubes Suriah. Namun sang Dubes menolak bertemu istri
mata-mata itu. Paus Paulus VI, Ratu Elisabeth, Palang Merah Internasional, dan
banyak lagi perorangan maupun lembaga berusaha menyelamatkan Eli.
Kardinal Alfredo Felcius dari
Buenos Aires di ranjang kematiannya menulis surat ke Presiden Al Hafez agar
hukuman dibatalkan. Dr Maurice Kuss, pakar kedokteran Prancis yang belum lama
menyelamatkan nyawa Presiden Al Hafez saat operasi ginjal, juga mengirim
permohonan.
Radio Israel mengumumkan daftar
mata-mata Suriah yang mereka tawan, dan siap ditukar dengan Eli Cohen. Para
pemimpin komunis juga mendesakkan perlakuan yang wajar dan masuk akal bagi Eli
Cohen.
Tapi semuanya tidak ada yang
didengar. Al Hafez menimbang masalah Eli Cohen demi keselamatan pribadi maupun
Suriah secara keseluruhan. Eli Cohen telah menimbulkan kerugian tak terkira
bagi negara itu.
Petaka bagi Suriah itu harus
ditimpakan ke Eli Cohen. Seorang perwira Prancis, teman pribadi Presiden Al
Hafez, yang ia juga menikahi perempuan Suriah, terbang ke Damaskus. Ia membawa
cek bernilai besar dan siap membeli nyawa Eli Cohen.
Upaya terakhir yang digerakkan
Mossad itu tak mempan. Pada 17 Mei 1965 pukul 10 malam, radio Suriah
mengumumkan Eli Cohen akan segera dieksekusi di lapangan El Marga, lokasi
tradisional pelaksanaan hukuman gantung.
Beberapa menit setelah pukul
02.00, 18 Mei 1965, pintu-pintu berat penjara El Maza berderak terbuka. Eli
Cohen digiring masuk mobil kerangkeng yang akan membawanya ke dekat tiang
gantungan.
Ribuan warga Suriah dari berbagai
tempat dan strata sosial berduyun-duyun menyaksikan eksekusi terbuka ini.
Kolonel Souwedani memimpin pengawalan eksekusi. Ribuan prajurit dikerahkan
menjaga sekitar lokasi.
Setelah turun dari kereta
kerangkeng, Eli Cohen dituntun ke panggung. Ia menolak dibantu saat naik tangga
demi tangga ke tiang gantungan. Eli juga menggelengkan kepala saat algojo
menyorongkan tudung wajah.
Tepat pukul 03.35, pintu jebak di
bawah telapak kaki Eli Cohen terbuka. Nyawa mata-mata itu tanggal. Enam jam
berikutnya, tubuh Eli Cohen tergantung di lokasi, jadi bahan tontonan banyak
orang.
Sesudah waktunya habis, tubuh Eli
Cohen diturunkan, jenazahnya dibawa ke pekuburan Yahudi di Damaskus untuk
dimakamkan. Segelintir Yahudi Suriah dan seorang rabbi mengantarkan kepergian
Eli Cohen ke liang kubur.
Di Tel Aviv, Nadia Cohen telah
membaca surat terakhir suaminya. Ia melakukan semua pesan yang ditinggalkan Eli
Cohen, kecuali satu, menikah lagi.
Nadia juga memuji pemerintahnya
telah berbuat lebih dibanding pemerintahan manapun bagi para mata-mata yang
tertangkap. Sebuah perkabungan di internal Mossad menunjukkan suasana sendu
namun menyisakan kebanggaan pada Eli Cohen.
Meir Amit, Kepala Mossad yang
menggantikan Isser Harrel, menyebut Eli Cohen melampaui siapapun. "Ia
seorang paling hebat, paling baik di antara kita," kata Meir Amit.
Dua tahun sesudah kematian Eli
Cohen, Israel menikmati kerja keras mata-matanya di Suriah itu. Pada Perang
Enam Hari 1967, Israel merebut Dataran Tinggi Golan, merebut Yerusalem dari
Yordania, dan mengalahkan Mesir di Gurun Sinai. (Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar